Connect with us

Internasional

Gunung Fuji Pecahkan Rekor, Salju Tak Muncul di Puncak Hingga Akhir Oktober

Gunung Fuji mencatatkan rekor baru dengan ketidakhadiran salju hingga akhir Oktober 2024, mencerminkan dampak perubahan iklim di Jepang.

Published

on

Gunung Fuji Pecahkan Rekor, Salju Tak Muncul di Puncak Hingga Akhir Oktober. Gambar : Ilustrasi Canva

MPN Indonesia - Gunung Fuji di Jepang, yang biasanya menyuguhkan puncaknya yang bersalju sejak awal Oktober, mencatat rekor baru pada tahun ini.

Hingga akhir Oktober 2024, salju belum tampak di puncak gunung. Ketidakhadiran salju ini mengundang kekhawatiran para ahli terkait dampak perubahan iklim.

Biasanya, lapisan salju pertama di Gunung Fuji muncul pada awal Oktober sebagai pertanda musim dingin.

Badan Meteorologi Jepang menyatakan bahwa suhu hangat yang bertahan lama setelah musim panas yang ekstrem menjadi faktor utama penghambat terbentuknya salju di puncak Gunung Fuji.

Musim panas 2024 tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah Jepang, dan suhu tinggi terus berlanjut hingga musim gugur.

Selain suhu, tingginya curah hujan juga turut menghalangi kehadiran salju di gunung ini, yang seharusnya sudah mulai memutih di musim gugur.

Dampak Ketidakhadiran Salju dan Cuaca Ekstrem

Tidak adanya salju di Gunung Fuji memunculkan kekhawatiran di berbagai kalangan.

Bagi masyarakat Jepang, salju pertama di Gunung Fuji merupakan simbol pergantian musim yang dinantikan.

Absennya salju hingga akhir Oktober menunjukkan perubahan pola cuaca yang semakin sulit diprediksi.

Menurut Kantor Meteorologi Kofu, salju pertama di Gunung Fuji biasanya turun sekitar 2 Oktober.

Meski pada tahun lalu salju juga terlambat muncul, yakni pada 5 Oktober, lapisan tersebut hanya bertahan beberapa minggu sebelum meleleh akibat suhu hangat.

Kondisi cuaca yang tidak stabil ini turut memengaruhi ekosistem lokal, terutama flora dan fauna yang sangat bergantung pada suhu dan musim tertentu.

Para ahli lingkungan memperingatkan bahwa perubahan iklim meningkatkan risiko ketidakstabilan cuaca di Jepang, yang dapat mengancam kelestarian flora dan fauna di sekitar Gunung Fuji.

Baca Juga:  Heboh! Pertama Kali dalam Sejarah, Salju Turun di Gurun Al Jawf Arab Saudi

Dampak Perubahan Iklim pada Pariwisata Gunung Fuji

Fenomena tidak turunnya salju di Gunung Fuji juga menimbulkan dampak signifikan bagi sektor pariwisata.

Sebagai situs Warisan Dunia UNESCO, Gunung Fuji menarik minat wisatawan domestik dan internasional sepanjang tahun.

Meskipun pendakian biasanya dilakukan pada musim panas, kehadiran salju di musim gugur dan dingin menjadi daya tarik tambahan.

Tidak adanya salju pada tahun ini diperkirakan akan menurunkan minat wisatawan untuk mengunjungi Gunung Fuji di musim dingin.

Pada Juli 2024, pemerintah Jepang memperkenalkan pajak wisata sebesar 2.000 yen per orang untuk mengendalikan jumlah pengunjung Gunung Fuji dan mengurangi dampak overtourism.

Namun, suhu hangat dan tingginya curah hujan yang menghalangi salju menambah tantangan dalam menjaga daya tarik dan keberlanjutan pariwisata di kawasan ini.

Bukti Krisis Iklim pada Fenomena Cuaca Ekstrem

Para ahli meteorologi dan lingkungan menilai bahwa tidak turunnya salju di Gunung Fuji hingga akhir Oktober ini merupakan bukti nyata dari perubahan iklim.

Data Badan Meteorologi Jepang menunjukkan bahwa suhu rata-rata dari Juni hingga Agustus 2024 mencapai 1,76 derajat Celsius di atas suhu normal, memecahkan rekor tahun 2010.

Musim panas yang panjang dan suhu hangat yang berlanjut hingga musim gugur ini menyebabkan sekitar 74 kota di Jepang mengalami suhu lebih dari 30 derajat Celsius pada awal Oktober.

Menurut laporan Climate Central, suhu tinggi di bulan Oktober kini tiga kali lebih mungkin terjadi akibat krisis iklim.

Pengaruh El Niño pada tahun ini juga meningkatkan suhu di berbagai wilayah Asia, termasuk Jepang.

Cuaca ekstrem yang terjadi ini tidak hanya dirasakan di Jepang, tetapi juga menjadi masalah global yang memperlihatkan dampak luas dari perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat dunia.

Baca Juga:  Salju Lebat dan Tebal Landa Seoul Korea Selatan, Ratusan Penerbangan Ditunda

Shinichi Yanagi, ahli meteorologi di Jepang, menyoroti bahwa tingginya curah hujan turut memperparah suhu hangat di sekitar Gunung Fuji, yang menghambat pembentukan salju.

Dengan meningkatnya frekuensi fenomena cuaca ekstrem, para ilmuwan memperingatkan bahwa dampak perubahan iklim akan semakin sulit diatasi jika suhu global tidak ditekan pada level 1,5 derajat Celsius di atas suhu pra-industri.

Trending